kilkennybookcentre.com – Manila, ibu kota Filipina, sedang mengalami gelombang panas yang luar biasa dengan suhu mencapai puncaknya pada 42 derajat Celsius. Hal ini menyebabkan kota tersebut di kategorikan dalam zona “bahaya” oleh indeks panas, yang mempertimbangkan kombinasi suhu dan kelembaban udara.
Otoritas pendidikan di Quezon, wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi di Manila, telah mengambil kebijakan untuk menutup sekolah-sekolah sebagai respons terhadap kondisi cuaca yang ekstrem ini.
Di beberapa wilayah lain, sekolah diberi keleluasaan untuk memilih metode pembelajaran jarak jauh atau mempersingkat jam belajar sebagai upaya menghindari risiko kesehatan yang lebih tinggi selama jam-jam paling panas dalam sehari.
Menurut peramal cuaca, suhu sepanas ini dapat menyebabkan risiko kesehatan serius seperti kram panas, kelelahan, dan bahkan serangan panas, khususnya jika terjadi paparan yang berkepanjangan.
Prakiraan cuaca menunjukkan bahwa gelombang panas ini akan berlanjut, dengan suhu yang diperkirakan akan mencapai hingga 43 derajat Celsius pada hari Rabu.
WMO telah mengeluarkan peringatan terkait kondisi iklim global yang semakin memburuk, dengan peristiwa seperti pencairan es di kutub yang terjadi lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya. Terdapat kecenderungan peningkatan jumlah bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim, menurut laporan WMO.
WMO menekankan bahwa meskipun ada peningkatan dalam aliran keuangan global untuk inisiatif iklim, langkah-langkah yang diambil masih perlu ditingkatkan, khususnya dari sisi pendanaan. Berdasarkan laporan dari Climate Policy Initiative, terdapat peningkatan signifikan dalam aliran dana yang dikhususkan untuk isu iklim, namun jumlah ini masih dianggap tidak cukup jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris.
Gelombang panas yang sedang terjadi di Manila menjadi simbol nyata dari dampak perubahan iklim yang kian terasa. Dengan penutupan sekolah dan perubahan kegiatan sehari-hari, situasi ini menunjukkan pentingnya tindakan adaptasi dan mitigasi yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan iklim global. Di samping itu, peningkatan dukungan finansial dan komitmen internasional menjadi kritis untuk memenuhi target pengurangan pemanasan global sesuai dengan Perjanjian Paris.